Model Peternakan Bebek Petelur Secara Intensif Melalui Kandang Batre
Hery Sulistya, seorang petani muda dari Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo, mengelola peternakan bebek dengan 700 ekor dan tingkat produktivitas telur mencapai 90%. Ia menjadi rujukan bagi banyak peternak yang datang dari berbagai daerah untuk belajar.
Hery memulai usaha ternaknya pada tahun 2014 dengan 200 ekor bebek dan menghadapi banyak tantangan, termasuk sulitnya mencari bibit unggul, rendahnya produksi telur, hingga tertipu oleh tengkulak. Melalui pengalaman dan pembelajaran, ia menemukan beberapa kunci sukses dalam beternak bebek petelur, antara lain:
- Menggunakan bibit unggul seperti Mojosari Alabio atau Bebek Ratu/ALis.
- Memelihara bibit dari DOD (Day Old Duck).
- Mengetahui kebutuhan nutrisi dan pakan sesuai tahapan usia bebek.
- Menggunakan kandang model baterai.
- Menjaga ternak dari gangguan lingkungan dan stres.
Bebek mulai bertelur pada usia 4 bulan, dengan puncak produktivitas pada usia 6-7 bulan. Dengan harga Rp2.100 per butir, peternak dengan 200 ekor bebek dapat memperoleh pendapatan sekitar Rp378 ribu per hari.
Kelebihan dan Kekurangan Model Peternakan Bebek Secara Intensif
Kelebihan:
- Pengendalian kesehatan bebek lebih mudah, memungkinkan identifikasi penyakit secara dini.
- Produksi telur yang lebih bersih dan berkualitas tinggi.
- Pemberian pakan dan vitamin yang teratur meningkatkan produktivitas.
- Pengelolaan yang lebih terarah dan terencana.
Kekurangan:
- Modal awal yang dibutuhkan cukup besar untuk membangun kandang dan memenuhi kebutuhan pakan serta vitamin.
- Seluruh kebutuhan bebek harus dipenuhi oleh peternak; peternak tidak bisa meninggalkan bebek tanpa persiapan yang matang.
- Risiko lebih tinggi terhadap penyakit jika terjadi keterlambatan dalam pemberian pakan dan minum.
- Perlu perhatian ekstra dalam menjaga kebersihan kandang agar tidak menimbulkan penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar